Jumat, 06 Januari 2017

panduan lengkap membudidayakan rumah sarang burung walet dari awal sampai pasca panen

Hal Penting Sebelum Membuat Rumah Sarang Burung Walet


Hal penting sebelum membuat rumah sarang burung walet.Setelah mendapat lokasi yang tepat, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pembangunan/rumah walet. Tentunya bangunan harus memerhatikan aspek-aspek, supaya sesuaikan dengan kebutuhan walet sehingga burung walet mau hinggap, betah, dan berkembang biak di dalamnya.
Hal yang paling penting dalam persiapan membuat rumah walet adalah memperhitungkan bagaimana mengatur suhu rumah walet tetap sesuai dengan suhu udara dan kelembaban udara pada alam habitat aslinya.
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk membuat rumah walet tetap terjaga suhu dan kelembabannya.
Suhu Rumah Walet
Suhu di dalam gedung idealnya 27 – 29 derajat C dalam kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap perkembangan populasi dan kualitas sarang. Suhu yang terlalu tinggi 30 – 32 derajat C air liur walet akan cepat mengering apalagi kalau kelembaban juga rendah akibatnya sarang retak dan keropos.
Telur yang dihasilkan juga kurang bagus, hal-hal seperti ini harus dihindari, karena berujung pada tidak berkembangnya populasi, lebih parah lagi rumah walet yang telah kita buat akan ditinggal pergi oleh burung walet. Demikian juga kalau sebaliknya, bila kita bisa mengendalikakn suhu sesuai dengan habitat makro, walet akan betah tinggal dan berkembang biak dengan baik.


Oleh sebab itulah penanganan suhu ruang harus diperhatikan dengan serius. Agar suhu bisa stabil di kisaran 27 – 29 derajat C dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Untuk gedung walet yang berlokasi di dataran rendah yang bersuhu rata-rata 31-32 derajat C pemasangan ventilasi sangat diperlukan, misalnya tiap 1 meter dipasang sebuah ventilasi.Untuk daerah bersuhu rata-rata 24-25 derajat C, ventilasi udara relatif tidak diperlukan, atau paling tidak per empat meter dipasang sebuah ventilasi udara.
Jarak pipa PVC dengan plafon biasanya 50 cm.
Ventilasi pada gedung walet biasannya menggunakan pipa PVC ukuran 4 inch. Pipa PVC ini disambungkan dengan pipa lengkung atau biasa disebut kni. Kni digunakan karena memiliki fungsi sebagai berikut:
  • Sebagai penekan cahaya luar, sehingga penempatan kni di dalam gedung.
  • Sebagai penekanan angin kencang, sehingga penempatan kni di luar gedung.
Sering terjadi kesalahan dalam pemasangan pipa kni. Misalnya di daerah bersuhu rata-rata 31-32 derajat C, dengan kondisi angin yang tidak kencang, pemasang pipa kni berada di luar. Hal tersebut justru mengakibatkan faktor angin tidak leluasa masuk gedung sebab terhalang kni, sehingga sirkulasi udara di dalam gedung tidak lancar.
Seharusnya kni dipasang di dalam agar angin dapat masuk. Sebaliknya, di daerah bersuhu rata-rata 24-25 derajat C atau daerah angin kencang, pipa kni terpasang di dalam gedung. Hal itu justru membuat suhu di dalam menjadi lebih drop atau turun karena angin dapat langsung masuk gedung. Seharusnnya pipa kni dipasang di luar agar angin kencang terhalang oleh lengkung kni.

Mengecat Dinding/Tembok luar
Pengecatan bertujuan untuk mengurangi intensitas penyerapan panas matahari, untuk daerah panas bersuhu rata-rata 30-32 derajat C sangat tidak disarankan mengecat dinding dengan warna hitam sangat menyerap panas. Tetapi yang disarankan justru cat yang berwarna terang. Namun warna hitam cukup membantu untuk daerah yang bersuhu dingin 24-25 derajat C.
Jenis Plafon
Jenis plafon yang digunakan dalam gedung walet mempunyai andil besar dalam pengondisian suhu. Ada dua jenis plafon yang biasa digunakan, yaitu plafon dari papan atau tripleks dan plafon dari semen cor atau beton.
Untuk daerah dengan suhu rata-rata 31-32 derajat C  sebaiknya gedung walet menggunakan plafon semen cor atau beton. Hal tersebut sangat membantu tercapainya suhu ideal dalam gedung. Sebagian orang memfungsikan plafon tersebut sebagai dasar bak air atau kolam agar tercapai suhu yang lebih sejuk. Sejauh tidak bocor, tidak masalah.
Namun, jika tidak terjadi kebocoran, airnya akan membasahi siri-sirip. Akibatnya, sirip berjamur, dan itu tidak disukai walet. Untuk daerah dengan suhu rata 24-25 derajat C sebaiknya menggunakan plafon dari papan atau tripleks. Hal tersebut akan membuat suhu dalalm gedung terasa hangat. Yang harus diperhatikan adalah pemasangan papan harus serapat mungkin.
Jangan sampai terdapat celah atau rongga pada sambungan papan sebab akan mengakibatkan kebocoran udara. Udara dari bawah genteng turun ke bawah, begitu pula sebaliknya. Akibatnya, suhu ruang tidak stabil. Selain itu, celah atau rongga antarsambungan papan dapat menjadi lubang masuk kotoran dari bawah genting. Hal itu mengakibatkan sirip-sirip menjadi kotor dan tidak disukai walet.
hujan buatan
Hujan buatan dapat dilakukan dengan memasang sprayer yang dihubungkan dengan pipa dan dipasang di atas atap. Pada saat matahari terik sekitar jam 11-12 siang sprayer dapat dihidupkan, sehingga suhu ruang kembali turun.
Dinding dan Tata ruang
Dinding yang dicor tebal akan sangat membantu karena panas tidak terlalu cepat menyerap ke dalam gedung. batu bata merah yang disusun membujur memiliki ketebalan 25-30 cm terbukti cukup menstabilkan suhu ruang. Di daerah Kalimantan banyak peternak membangun rumah walet dengan dinding plesteran semen yang di dalamnya ditambahkan Styrofoam dengan ketebalan 5 cm. Sehingga ketebalan dinding bisa mencapai +/- 10 cm, hal ini cukup membantu mengurangi biaya selain murah juga lebih gampang didapat.
Tebal Tipis Dinding
Bangunan untuk budidaya walet sebaiknya berdinding tembok. Hal ini untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban di dalamnya. Untuk daerah yang bersuhu panas (31-32 derajat C) tembok yang baik adalah yang memiliki ketebalan sekitar 24-25 cm. Sebaliknya, untuk daerah bersuhu dingin (24-25 derajat C), tembok yang baik adalah memiliki ketebalan sekitar 14-15 cm.
Temobok yang tebal pada daerah panas akan menjadikan suhu dalam gedung menjadi sejuk, sedangkan tembok yang tipis pada daerah dingin akan menjadikan suhu dalam gedung tersebut menjadi hangat, hal ini akan terjadi apabila gedung tersebut dicat dengan warna gelap.
Untuk daerah dataran rendah, seperti sepanjang pantura Pulau Jawa, sebaiknya bangunan gedung walet menggunakan tatanan batu bata melintang, dengan ketebalan tembok mencapai sekitar 24-25 cm. Sebaliknya, untuk daerah dataran tinggi, tatanan batu bata pada gedung walet cukup satu bata membujur sehingga ketebalan tembok hanya sekitar 14-15 cm.
Ukuran Ruang
Tata ruang dalam gedung walet akan berpengaruh terhadap kondisi suhu. Untuk daerah yang bersuhu rata-rata 31-32 derajat C ruang yang sempit akan mengakibatkan suhu bertambah naik. Untuk memperoleh suhu ideal sebesar 27-29 derajat C, ukuran ruang minimal 4 x 4 m.
Untuk daerah yang bersuhu rata-rata 24-25 derajat C ruang yang luas justru akan menyebabkan suhu bertambah turun. Oleh karena itu aturlah ukuran ruang menjadi maksimal 4 x 4 m.
Ketinggian Ruang
Tinggi rendahnya ruang akan memengaruhi kondisi suhu dalam gedung. Aturlah sedemikian rupa agar tinggi ruang untuk daerah bersuhu rata-rata 31-32 derajat C minimal 3 meter. Untuk daerah dengan suhu rata-rata 24-25 derajat C ketinggian ruang maksimal 3 meter.

Cara Budidaya Sarang Burung Walet Agar Sukses


Sarang burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di pasar Internasional akan kebutuhan sarang burung walet masih kekurangan, apabila kita kita dapat mengelola ataupun membudidaya sarang burung walet sangatlah menjanjikan.

Sarang burung walet memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, karena demikian sarang burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sarang burung walet terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang burung walet berguna untuk menyembuhkan penyakit paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah stamina/tenaga.

Untuk membudidaya sarang burung walet diperlukan beberapa langkah yang perlu dipenuhi, yaitu :

A. Persyaratan lokasi/lingkungan
Pemilihan lokasi kandang sangat menentukan dalam budidaya sarang burung walet :

1.   Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2.   Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
3.   Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4.   Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat

B. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Dalam budidaya sarang burung walet, diperlukannya keadaan gedung yang mirip seperti gua-gua alami seperti suhu, kelembaban dan penerangan berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.

2. Bentuk dan Konstruksi Gedung
Pada umumnya pembangunan sarang burung walet seperti bangunan gedung biasanya dengan ukuran besar, memiliki luas bervariasi dari 10×15 m2 sampai 10×20 m2. Perlu diperhatikan semakin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Satu lagi yang cukup penting rumah sarang burung walet tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi haruslah dihalaman terbuka.

Tembok terbuat dari dinding berplester campuran semen. Pada bagian dalam sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengilangkan bau pada semen dapat disiram air setiap hari.

Tempat melekatnya sarang-sarang burung walet pada kerangka atap dan sekat dibuat dari kayu kayu-kayu yang kuat, tua, tahan lama/awet, dan tidak mudah dimakan rengat. Untuk atap terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.

C. Pembibitan
Peternak burung walet pada umumnya memanfaatkan dimana burung walet banyak mengitari bangunan, untuk memancing agar lebih banyak peternak memiliki trik atau upaya seperti menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet dan ada pula melakukan kiat lain dengan menghasilkan sumber makanan untuk burung walet seperti seranga-serangga kecil dengan membuat tumpukan jerami.

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru.
Agar burung sriti mau bersarang di gedung tersebut diperlukannya pemancingan dengan cara memutar kaset rekaman dari suara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan sekitar pukul 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.

2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Penetasan telur burung walet memiliki peranan sangat baik upaya memperbanyak populasi burung walet. Telur dapat diperoleh ketika peternak sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Panen buang telur yaitu pengambilan sarang burung walet kemudian telur dibuang. Untuk penetasan telur perlu diperhatikan beberapa ketentuan :

a. Pemilihan Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :

1.   Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
2.   Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
3.   Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai ciri :

1.   kantung udara yang relatif kecil. 
2.   Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya. 
3.   Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. 
4.   Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.

b. Membawa Telur Walet
Letak atau jarak ketika membawa telur telur memiliki perbedaan, jika jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan jika telur jaraknya jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.

Saat membawa telur walet, telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.



3. Penetasan Telur Walet
a. Penetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung biasanya sriti tiba, gantikan telur sriti dengan telur walet. Untuk menghindari kerusakan dan pencemaran saat pengambilan telur dilakuakan dengan menggunakan sendok pelstik atau kertas tisu. Jika ada kerusakan dan pencemaran dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya.

Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan

b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih.

Lakukan pembalikan posisi telur dua kali sehari. Ketika pembalikan posisi telur, dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati Anda sisihkan atau dibuang. Embrio mati memiliki tanda, tanda tersebut dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap.  \

Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.

D. Pemeliharaan

1.    Perawatan Ternak
Setelah penetasan, anak burung walet tidak berbulu dan sangat lemah. Anak burung walet yan belum bisa makan sendiri perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. 

Temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin. Setelah berumur ±10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian diletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak walet akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.

2.   Sumber Pakan
Burung walet merupakan pencari makan sendiri, burung ibi adalah tipe burung liar. Makanan burung walet adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Agar mendapatkan hasil sarang walet yang memuaskan, pengelola sangatlah perlu menyediakan makanan tambahan terutama ketika musim kemarau.
Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. Menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

3.    Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran akan menumpuk dilantai. Kotoran-kotoran tersebut harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung

E. Hama dan penyakit
Hama dan penyakit tentu memiliki dampak yang tidak baik untuk kesehatan dan hasil sarang burung walet, beberapa hama dan penyakit  yang sering muncul di gedung adalah seperti berikut :

1.   Tikus
Hama ini sangatlah benar-benar menggangu dan dapat merugikan pengelola rumah walet, karena tikus memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
2.   Semut
Serangga ini cukup menggangu, seperti semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3.   Kecoa
Kecoa selain menyebarkan penyakit kepada manusia, binatang ini juga memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4.   Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.



F. Masa Panen
Masa panen Sarang burung walet dapat dilakukan apabila keadaannya sudah memungkinkan. Pemetikan sarang burung walet diperlukan cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu. Apabila terjadi kesalahan dalam memanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.

Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:

1.    Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2.   Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3.   Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:

1.   Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihunidan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panenselanjutnya dengan pola buang telur
2.   Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
3.   Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.

H. Pascapanen
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor. Pemisahan dilakukan agar nilai harga sarang burung walet tetap bagus,

BENTUK DAN KONTRUKSI RUMAH WALLET

Umumnya rumah walet menyerupai bangunan gedung besar yang luasnya bervariasi dari 4 m x 10 m sampai 20 m x 30 m. Ketinggian gedung walet ada yang hanya satu lantai ( 3 m), dan ada pula yang memiliki 6 lantai (18 m). Tinggi tembok tersebut belum termasuk wuwungan (bubungan atap).

1. Bubungan atap
Tinggi-rendahnya bubungan atap sangat mempengaruhi kondisi suhu dan kelembapan gedung walet. Semakin tinggi bubungan, rumah walet akan semakin baik dan lebih disukai oleh walet. Semakin lebar jarak antarbubungan dengan plafon, berarti rongga antarbubungan dengan plafon akan semakin bertambah besar. Dengan demikian, volume udara dalam ruangan juga semakin besar sehingga panas udara tidak sepenuhnya menyinggung plafon.
Rumah setinggi itu tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi di sekitarnya karena walet hanya mau memasuki rumah yang lubang masuknya bebas dari hambatan. Jika rumah tersebut tertutup oleh hambatan di sekitarnya maka perlu dibangun rumah yang lebih tinggi lagi.
2. Atap
Untuk mengurangi terik matahari, sekaligus mengendalikan suhu dan kelembapan ruangan pada malam hari, sebaiknya atap dibuat dari genting. Seng tidak baik dipakai untuk atap rumah walet karena mudah terpengaruh oleh suhu udara. Suhu dan kelembapan udara dalam ruangan gedung walet yang beratap seng menjadi labil. Atap asbes lebih tipis daripada genting sehingga peredaman udara di dalam ruang di bawah atap genting lebih baik daripada asbes. Genting yang terbaik adalah genting pres tanah liat. Dengan demikian, atap dari genting mampu menjaga suhu ruang dalam rumah agar tetap stabil dan tidak mudah panas pada siang hari atau terlalu dingin pada malam hari.
3. Sirip
Sekat-sekat untuk melekatnya sarangsarang walet (sirip) sebaiknya dibuat dari kayu yang kuat. Bahan untuk membuat sirip sebaiknya berupa bahan yang dapat tahan lama, tidak mudah dimakan rayap, dan tidak perlu cepat diganti. Penggantian yang terlalu sering bisa mengganggu ketenangan walet.
Seriti atau walet cenderung menyukai tempat bersarang yang kering dan kasar. Tempat bersarang seriti dan walet biasanya berupa sirip dari bahan kayu yang telah dipasang di plafon. Agar kering, papan sirip bisa dijemur beberapa hari atau dioven. Semua jenis papan dapat dipakai. Seriti dan walet tidak menyukai papan yang masih basah karena bau.
Agar seriti dan walet mudah menempel di papan sirip maka papan sirip jangan diserut sehingga tetap kasar. Dengan demikian, akan memudahkan seriti dan walet untuk menempel dan membuat sarang. Banyak orang yang beranggapan bahwa untuk mengundang walet bersarang, papan sirip direndam dalam air yang dicampur kotoran walet serta mengoles papan sirip dengan campuran putih telur itik atau campuran lainnya.
Ada pula orang yang mencampur kuning telur itik, madu, dan minyak ikan; lalu dioleskan di papan sirip. Konon, baunya khas dan disukai walet sehingga cepat menarik walet untuk bersarang. Namun, pengolesan ke sirip dengan bahan-bahan itu mengundang tikus dan semut.
4. Dinding
Dinding gedung dibuat dengan susunan batu bata yang kedua sisinya diplester dengan semen. Plesteran tidak perlu sampai halus. Ketebalan dinding tembok sekitar 45 cm (dua bata). Selain kondisi dalam gedung sejuk dan lembap, hal ini juga dimaksudkan sebagai faktor pengaman dari ulah pencuri yang terkadang membobol dinding. Gedung walet yang sudah selesai dibangun bisa segera difungsikan untuk memanggil kehadiran walet. Ba semen gedung baru ternyata tidak bermasalah bagi walet. Namun demikian, sebaiknya rumah walet dibilas terlebih dahulu.
 MENGENAL TATA TIPE, TATA RUANG, DAN KONTRUKSI RUMAH WALET
Dalam merencanakan pembuatan gedung atau rumah walet, perlu diperhatikan hal-hal yang menjamin kenyamanan walet ketika berada di dalamnya, seperti bentuk dan konstruksirumah, bentuk ruangan dan jalan keluarmasuk walet, cat gedung dan pencahayaan, kelembapan dan suhu dalam ruangan, serta adanya tembok keliling gedung sebagai pengaman dari gangguan. Syarat membangun gedung walet yang ideal sebagai berikut.

1.    Jarak lubang masuk minimal 40 cm dari plafon dan maksimal 80 cm.
2.    Jarak tinggi plafon minimal 4 m dari tanah.
3.    Ukuran ruangan minimal 4 m x 4 m atau kelipatannya.
4.    Jarak lebar antartiang di dalam ruangan minimal 2,5—4 m.
5.    Tebal sirip yang dipasang idealnya adalah 3 cm dan lebarnya minimal 15 cm.
6.    Lubang antarruangan sebaiknya berukuran minimal 60 cm x 60 cm.
7.    Di dalam ruangan sebaiknya hindarkan pemasangan tiang-tiang yang berlebihan agar tidak mengganggu arus terbang burung.
8.    Sistem pemasangan sirip harus benar. Bila menggunakan pilih sistem lajur, posisi sirip harus melintang terhadap lubang masuk.
9.    Sebaiknya sistem atap tidak menggunakan talang air, tetapi menggunakan sistem genting langsung sehingga air hujan akan jatuh pada sisi rumah. Dengan demikian, kebocoran rumah dapat dicegah.
10. Pemasangan plafon harus rata dan tidak boleh terbuat dari bahan yang berlubang karena akan mengganggu kenyamanan burung walet.
11. Ukuran rumah walet yang ideal untuk sistem kamar adalah 8 m x 16 m. Pada ukuran ini, per lantai minimal akan menghasilkan 20 kg sarang. Ukuran rumah walet untuk sistem los idealnya adalah 4 m x 8 m yang akan menghasilkan sarang minimal 5 kg.
12. Hindarkan gedung dari binatang pengganggu, seperti tikus, kecoa, dan tokek.

Gedung Walet
. Tampak Isometrik 3 D ( Rumah Walet)


2. Tampak 3 D tanpa dinding terlihat posisi dinding sekat dan Sirip


3. Tampak 3 D sirip sarang walet


4. Tampak 3D rumah walet dari bagian belakang


5. Tampak atas sirip sarang walet


6. Tampak isometrik sarang sirip walet dan rangka


7. Struktur bangunan walet



3 komentar:

  1. Berapa modal nak mulakan dan jalan kan perniagaan ini ??????

    BalasHapus
  2. 1) berapa jarak antara sirip gan...apakah jarak 25 cm termasuk jarak yg nyaman utk walet membuat sarang..
    2) jika lantai ke2 menggunakan lantai papan maka apakah lantai tsb baiknya dilapisi terpal ya gan...thanks sebelumnya gan atas jawabannya

    BalasHapus