Hal Penting Sebelum Membuat Rumah Sarang
Burung Walet
Hal penting sebelum membuat rumah sarang burung walet.Setelah mendapat lokasi
yang tepat, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pembangunan/rumah walet.
Tentunya bangunan harus memerhatikan aspek-aspek, supaya sesuaikan dengan
kebutuhan walet sehingga burung walet mau hinggap, betah, dan berkembang biak di
dalamnya.
Hal yang paling penting
dalam persiapan membuat rumah walet adalah memperhitungkan bagaimana mengatur
suhu rumah walet tetap sesuai dengan suhu udara dan kelembaban udara pada alam
habitat aslinya.
Ada beberapa teknik yang
bisa digunakan untuk membuat rumah walet tetap terjaga suhu dan kelembabannya.
Suhu Rumah Walet
Suhu di dalam gedung
idealnya 27 – 29 derajat C dalam kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap
perkembangan populasi dan kualitas sarang. Suhu yang terlalu tinggi 30 – 32
derajat C air liur walet akan cepat mengering apalagi kalau kelembaban juga
rendah akibatnya sarang retak dan keropos.
Telur
yang dihasilkan juga kurang bagus, hal-hal seperti ini harus dihindari, karena
berujung pada tidak berkembangnya populasi, lebih parah lagi rumah walet yang
telah kita buat akan ditinggal pergi oleh burung walet. Demikian juga kalau
sebaliknya, bila kita bisa mengendalikakn suhu sesuai dengan habitat makro,
walet akan betah tinggal dan berkembang biak dengan baik.
Oleh sebab itulah
penanganan suhu ruang harus diperhatikan dengan serius. Agar suhu bisa stabil
di kisaran 27 – 29 derajat C dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Untuk gedung walet yang
berlokasi di dataran rendah yang bersuhu rata-rata 31-32 derajat C pemasangan
ventilasi sangat diperlukan, misalnya tiap 1 meter dipasang sebuah
ventilasi.Untuk daerah bersuhu rata-rata 24-25 derajat C, ventilasi udara relatif
tidak diperlukan, atau paling tidak per empat meter dipasang sebuah ventilasi
udara.
Jarak pipa PVC dengan
plafon biasanya 50 cm.
Ventilasi pada gedung walet biasannya menggunakan pipa PVC ukuran 4 inch. Pipa
PVC ini disambungkan dengan pipa lengkung atau biasa disebut kni. Kni digunakan
karena memiliki fungsi sebagai berikut:
- Sebagai penekan
cahaya luar, sehingga penempatan kni di dalam gedung.
- Sebagai
penekanan angin kencang, sehingga penempatan kni di luar gedung.
Sering terjadi kesalahan
dalam pemasangan pipa kni. Misalnya di daerah bersuhu rata-rata 31-32 derajat
C, dengan kondisi angin yang tidak kencang, pemasang pipa kni berada di luar.
Hal tersebut justru mengakibatkan faktor angin tidak leluasa masuk gedung sebab
terhalang kni, sehingga sirkulasi udara di dalam gedung tidak lancar.
Seharusnya
kni dipasang di dalam agar angin dapat masuk. Sebaliknya, di daerah bersuhu
rata-rata 24-25 derajat C atau daerah angin kencang, pipa kni terpasang di
dalam gedung. Hal itu justru membuat suhu di dalam menjadi lebih drop atau
turun karena angin dapat langsung masuk gedung. Seharusnnya pipa kni dipasang
di luar agar angin kencang terhalang oleh lengkung kni.
Mengecat Dinding/Tembok luar
Pengecatan bertujuan
untuk mengurangi intensitas penyerapan panas matahari, untuk daerah panas
bersuhu rata-rata 30-32 derajat C sangat tidak disarankan mengecat dinding
dengan warna hitam sangat menyerap panas. Tetapi yang disarankan justru cat
yang berwarna terang. Namun warna hitam cukup membantu untuk daerah yang bersuhu
dingin 24-25 derajat C.
Jenis Plafon
Jenis plafon yang
digunakan dalam gedung walet mempunyai andil besar dalam pengondisian suhu. Ada
dua jenis plafon yang biasa digunakan, yaitu plafon dari papan atau tripleks
dan plafon dari semen cor atau beton.
Untuk daerah dengan suhu
rata-rata 31-32 derajat C sebaiknya gedung walet menggunakan plafon semen
cor atau beton. Hal tersebut sangat membantu tercapainya suhu ideal dalam
gedung. Sebagian orang memfungsikan plafon tersebut sebagai dasar bak air atau
kolam agar tercapai suhu yang lebih sejuk. Sejauh tidak bocor, tidak masalah.
Namun, jika tidak
terjadi kebocoran, airnya akan membasahi siri-sirip. Akibatnya, sirip berjamur,
dan itu tidak disukai walet. Untuk daerah dengan suhu rata 24-25 derajat C
sebaiknya menggunakan plafon dari papan atau tripleks. Hal tersebut akan
membuat suhu dalalm gedung terasa hangat. Yang harus diperhatikan adalah
pemasangan papan harus serapat mungkin.
Jangan sampai terdapat
celah atau rongga pada sambungan papan sebab akan mengakibatkan kebocoran
udara. Udara dari bawah genteng turun ke bawah, begitu pula sebaliknya.
Akibatnya, suhu ruang tidak stabil. Selain itu, celah atau rongga
antarsambungan papan dapat menjadi lubang masuk kotoran dari bawah genting. Hal
itu mengakibatkan sirip-sirip menjadi kotor dan tidak disukai walet.
hujan buatan
Hujan buatan dapat
dilakukan dengan memasang sprayer yang dihubungkan dengan pipa dan dipasang di
atas atap. Pada saat matahari terik sekitar jam 11-12 siang sprayer dapat
dihidupkan, sehingga suhu ruang kembali turun.
Dinding dan Tata ruang
Dinding yang dicor tebal
akan sangat membantu karena panas tidak terlalu cepat menyerap ke dalam gedung.
batu bata merah yang disusun membujur memiliki ketebalan 25-30 cm terbukti
cukup menstabilkan suhu ruang. Di daerah Kalimantan banyak peternak membangun
rumah walet dengan dinding plesteran semen yang di dalamnya ditambahkan
Styrofoam dengan ketebalan 5 cm. Sehingga ketebalan dinding bisa mencapai +/-
10 cm, hal ini cukup membantu mengurangi biaya selain murah juga lebih gampang
didapat.
Tebal Tipis Dinding
Bangunan untuk budidaya
walet sebaiknya berdinding tembok. Hal ini untuk menjaga kestabilan suhu dan
kelembaban di dalamnya. Untuk daerah yang bersuhu panas (31-32 derajat C)
tembok yang baik adalah yang memiliki ketebalan sekitar 24-25 cm. Sebaliknya,
untuk daerah bersuhu dingin (24-25 derajat C), tembok yang baik adalah memiliki
ketebalan sekitar 14-15 cm.
Temobok yang tebal pada
daerah panas akan menjadikan suhu dalam gedung menjadi sejuk, sedangkan tembok
yang tipis pada daerah dingin akan menjadikan suhu dalam gedung tersebut
menjadi hangat, hal ini akan terjadi apabila gedung tersebut dicat dengan warna
gelap.
Untuk daerah dataran
rendah, seperti sepanjang pantura Pulau Jawa, sebaiknya bangunan gedung walet
menggunakan tatanan batu bata melintang, dengan ketebalan tembok mencapai
sekitar 24-25 cm. Sebaliknya, untuk daerah dataran tinggi, tatanan batu bata
pada gedung walet cukup satu bata membujur sehingga ketebalan tembok hanya
sekitar 14-15 cm.
Ukuran Ruang
Tata ruang dalam gedung walet akan berpengaruh terhadap kondisi suhu. Untuk
daerah yang bersuhu rata-rata 31-32 derajat C ruang yang sempit akan
mengakibatkan suhu bertambah naik. Untuk memperoleh suhu ideal sebesar 27-29
derajat C, ukuran ruang minimal 4 x 4 m.
Untuk daerah yang
bersuhu rata-rata 24-25 derajat C ruang yang luas justru akan menyebabkan suhu
bertambah turun. Oleh karena itu aturlah ukuran ruang menjadi maksimal 4 x 4 m.
Ketinggian Ruang
Tinggi rendahnya ruang
akan memengaruhi kondisi suhu dalam gedung. Aturlah sedemikian rupa agar tinggi
ruang untuk daerah bersuhu rata-rata 31-32 derajat C minimal 3 meter. Untuk
daerah dengan suhu rata-rata 24-25 derajat C ketinggian ruang maksimal 3 meter.
Cara
Budidaya Sarang Burung Walet Agar Sukses
Sarang burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat
tinggi. Di pasar Internasional akan kebutuhan sarang burung walet masih
kekurangan, apabila kita kita dapat mengelola ataupun membudidaya sarang burung
walet sangatlah menjanjikan.
Sarang burung walet memiliki manfaat yang baik
untuk kesehatan, karena demikian sarang burung walet memiliki nilai ekonomi
yang sangat tinggi. Sarang burung walet terbuat dari air liurnya (saliva).
Sarang burung walet berguna untuk menyembuhkan penyakit paru-paru, panas dalam,
melancarkan peredaran darah dan penambah stamina/tenaga.
Untuk membudidaya sarang burung walet diperlukan
beberapa langkah yang perlu dipenuhi, yaitu :
A. Persyaratan lokasi/lingkungan
Pemilihan lokasi kandang sangat menentukan dalam
budidaya sarang burung walet :
1. Dataran
rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2. Daerah
yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan
masyarakat.
3. Daerah
yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4. Persawahan,
padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,rawa-rawa merupakan
daerah yang paling tepat
B. Penyiapan Sarana dan
Peralatan
1. Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Dalam budidaya sarang burung walet, diperlukannya
keadaan gedung yang mirip seperti gua-gua alami seperti suhu, kelembaban dan
penerangan berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam
gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang
berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang
tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar
yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam
gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
2. Bentuk dan Konstruksi Gedung
Pada umumnya pembangunan sarang burung walet seperti
bangunan gedung biasanya dengan ukuran besar, memiliki luas bervariasi dari
10×15 m2 sampai 10×20 m2. Perlu diperhatikan semakin tinggi wuwungan (bubungan)
dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan
lebih disukai burung walet. Satu lagi yang cukup penting rumah sarang burung
walet tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi haruslah dihalaman terbuka.
Tembok terbuat dari dinding berplester campuran
semen. Pada bagian dalam sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen
dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan
kelembaban udara. Untuk mengilangkan bau pada semen dapat disiram air setiap
hari.
Tempat melekatnya sarang-sarang burung walet pada
kerangka atap dan sekat dibuat dari kayu kayu-kayu yang kuat, tua, tahan
lama/awet, dan tidak mudah dimakan rengat. Untuk atap terbuat dari genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar
dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat
keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian atas.
Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang
jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
C. Pembibitan
Peternak burung walet pada umumnya memanfaatkan
dimana burung walet banyak mengitari bangunan, untuk memancing agar lebih
banyak peternak memiliki trik atau upaya seperti menyiapkan tape recorder yang
berisi rekaman suara burung Walet dan ada pula melakukan kiat lain dengan menghasilkan
sumber makanan untuk burung walet seperti seranga-serangga kecil dengan membuat
tumpukan jerami.
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang
diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru.
Agar burung sriti mau bersarang di gedung tersebut
diperlukannya pemancingan dengan cara memutar kaset rekaman dari suara walet
atau sriti. Pemutaran ini dilakukan sekitar pukul 16.00–18.00, yaitu waktu
burung kembali mencari makan.
2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Penetasan telur burung walet memiliki peranan
sangat baik upaya memperbanyak populasi burung walet. Telur dapat diperoleh
ketika peternak sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet
membuat sarang dan bertelur dua butir. Panen buang telur yaitu pengambilan
sarang burung walet kemudian telur dibuang. Untuk penetasan telur perlu
diperhatikan beberapa ketentuan :
a. Pemilihan
Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna,
yaitu :
1. Merah
muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
2. Putih
kemerahan, berumur 6–10 hari.
3. Putih
pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran
2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat
segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas
yang baik mempunyai ciri :
1. kantung
udara yang relatif kecil.
2. Stabil
dan tidak bergeser dari tempatnya.
3. Letak
kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan
bintik darah.
4. Penentuan
kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.
b. Membawa
Telur Walet
Letak atau jarak ketika membawa telur telur
memiliki perbedaan, jika jaraknya dekat dapat berupa telur yang masih muda atau
setengah tua. Sedangkan jika telur jaraknya jauh, sebaiknya berupa telur yang
sudah mendekati menetas.
Saat membawa telur walet, telur disusun dalam spon
yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik
berlubang kemudian ditutup. Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin
dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80%
sedangkan telur tua lebih rendah.
3. Penetasan Telur Walet
a. Penetaskan
telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung biasanya sriti
tiba, gantikan telur sriti dengan telur walet. Untuk menghindari kerusakan dan
pencemaran saat pengambilan telur dilakuakan dengan menggunakan sendok pelstik
atau kertas tisu. Jika ada kerusakan dan pencemaran dapat menyebabkan burung
sriti tidak mau mengeraminya.
Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat
burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet
tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai
burung walet dapat terbang serta mencari makan
b. Menetaskan
telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban
70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring
atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam
cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara
merata atau mendata dan jangan tumpang tindih.
Lakukan pembalikan posisi telur dua kali sehari.
Ketika pembalikan posisi telur, dibalik dengan hati-hati untuk menghindari
kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang
kosong dan yang embrionya mati Anda sisihkan atau dibuang. Embrio mati memiliki
tanda, tanda tersebut dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat
lingkaran darah yang gelap. \
Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat
seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama
penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau
mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.
D. Pemeliharaan
1. Perawatan
Ternak
Setelah penetasan, anak burung walet tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
burung walet yan belum bisa makan sendiri perlu disuapi dengan telur semut
(kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan
pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin
tetas.
Temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara
mesin. Setelah berumur ±10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet
dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas
yang diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak
walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian
diletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan
ketinggian ini, anak walet akan dapat terbang pada keesokan harinya dan
mengikuti cara terbang walet dewasa.
2. Sumber
Pakan
Burung walet merupakan pencari makan sendiri, burung ibi adalah tipe burung
liar. Makanan burung walet adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah
pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Agar mendapatkan hasil
sarang walet yang memuaskan, pengelola sangatlah perlu menyediakan makanan
tambahan terutama ketika musim kemarau.
Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. Menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
3. Pemeliharaan
Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran akan menumpuk dilantai.
Kotoran-kotoran tersebut harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi
dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung
E. Hama dan penyakit
Hama dan penyakit tentu memiliki dampak yang tidak
baik untuk kesehatan dan hasil sarang burung walet, beberapa hama dan penyakit
yang sering muncul di gedung adalah seperti berikut :
1. Tikus
Hama ini sangatlah benar-benar menggangu dan dapat merugikan pengelola rumah
walet, karena tikus memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan
suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang,
tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang
tikus.
2. Semut
Serangga ini cukup menggangu, seperti semut api dan semut gatal memakan anak
walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan
dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya.
Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3. Kecoa
Kecoa selain menyebarkan penyakit kepada manusia, binatang ini juga memakan
sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara
pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang
barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4. Cicak
dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung
walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu
ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan
penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang,
tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak
digunakan ditutup.
F. Masa Panen
Masa panen Sarang burung walet dapat dilakukan
apabila keadaannya sudah memungkinkan. Pemetikan sarang burung walet diperlukan
cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu.
Apabila terjadi kesalahan dalam memanen akan berakibat fatal bagi gedung dan
burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan
pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu
mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh
pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
1. Panen
rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi
pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu
jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang
burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian
burung walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk
terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas
sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak
mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2. Panen
Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir.
Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai
keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu
sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya
yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3. Panen
Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah
bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak
dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat
berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat
meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
1. Panen
4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihunidan
telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan
pola panen rampasan. Sedangkan untuk panenselanjutnya dengan pola buang telur
2. Panen
3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan
masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan
untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
3. Panen
2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk
memperbanyak populasi burung walet.
H. Pascapanen
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu
dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen
dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan
pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor. Pemisahan
dilakukan agar nilai harga sarang burung walet tetap bagus,
BENTUK
DAN KONTRUKSI RUMAH WALLET
Umumnya rumah walet menyerupai bangunan gedung besar yang
luasnya bervariasi dari 4 m x 10 m sampai 20 m x 30 m. Ketinggian gedung walet
ada yang hanya satu lantai ( 3 m), dan ada pula yang memiliki 6 lantai (18 m).
Tinggi tembok tersebut belum termasuk wuwungan (bubungan atap).
1.
Bubungan atap
Tinggi-rendahnya bubungan atap sangat mempengaruhi kondisi suhu dan kelembapan
gedung walet. Semakin tinggi bubungan, rumah walet akan semakin baik dan lebih
disukai oleh walet. Semakin lebar jarak antarbubungan dengan plafon, berarti
rongga antarbubungan dengan plafon akan semakin bertambah besar. Dengan
demikian, volume udara dalam ruangan juga semakin besar sehingga panas udara
tidak sepenuhnya menyinggung plafon.
Rumah
setinggi itu tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi di sekitarnya karena
walet hanya mau memasuki rumah yang lubang masuknya bebas dari hambatan. Jika
rumah tersebut tertutup oleh hambatan di sekitarnya maka perlu dibangun rumah
yang lebih tinggi lagi.
2.
Atap
Untuk
mengurangi terik matahari, sekaligus mengendalikan suhu dan kelembapan ruangan
pada malam hari, sebaiknya atap dibuat dari genting. Seng tidak baik dipakai
untuk atap rumah walet karena mudah terpengaruh oleh suhu udara. Suhu dan
kelembapan udara dalam ruangan gedung walet yang beratap seng menjadi labil.
Atap asbes lebih tipis daripada genting sehingga peredaman udara di dalam ruang
di bawah atap genting lebih baik daripada asbes. Genting yang terbaik adalah
genting pres tanah liat. Dengan demikian, atap dari genting mampu menjaga suhu
ruang dalam rumah agar tetap stabil dan tidak mudah panas pada siang hari atau
terlalu dingin pada malam hari.
3.
Sirip
Sekat-sekat
untuk melekatnya sarangsarang walet (sirip) sebaiknya dibuat dari kayu yang
kuat. Bahan untuk membuat sirip sebaiknya berupa bahan yang dapat tahan lama,
tidak mudah dimakan rayap, dan tidak perlu cepat diganti. Penggantian yang
terlalu sering bisa mengganggu ketenangan walet.
Seriti
atau walet cenderung menyukai tempat bersarang yang kering dan kasar. Tempat
bersarang seriti dan walet biasanya berupa sirip dari bahan kayu yang telah
dipasang di plafon. Agar kering, papan sirip bisa dijemur beberapa hari atau
dioven. Semua jenis papan dapat dipakai. Seriti dan walet tidak menyukai papan
yang masih basah karena bau.
Agar
seriti dan walet mudah menempel di papan sirip maka papan sirip jangan diserut
sehingga tetap kasar. Dengan demikian, akan memudahkan seriti dan walet untuk
menempel dan membuat sarang. Banyak orang yang beranggapan bahwa untuk
mengundang walet bersarang, papan sirip direndam dalam air yang dicampur kotoran
walet serta mengoles papan sirip dengan campuran putih telur itik atau campuran
lainnya.
Ada
pula orang yang mencampur kuning telur itik, madu, dan minyak ikan; lalu
dioleskan di papan sirip. Konon, baunya khas dan disukai walet sehingga cepat
menarik walet untuk bersarang. Namun, pengolesan ke sirip dengan bahan-bahan
itu mengundang tikus dan semut.
4.
Dinding
Dinding
gedung dibuat dengan susunan batu bata yang kedua sisinya diplester dengan
semen. Plesteran tidak perlu sampai halus. Ketebalan dinding tembok sekitar 45
cm (dua bata). Selain kondisi dalam gedung sejuk dan lembap, hal ini juga dimaksudkan
sebagai faktor pengaman dari ulah pencuri yang terkadang membobol dinding.
Gedung walet yang sudah selesai dibangun bisa segera difungsikan untuk
memanggil kehadiran walet. Ba semen gedung baru ternyata tidak bermasalah bagi
walet. Namun demikian, sebaiknya rumah walet dibilas terlebih dahulu.
MENGENAL TATA TIPE, TATA RUANG, DAN
KONTRUKSI RUMAH WALET
Dalam merencanakan pembuatan gedung
atau rumah walet, perlu diperhatikan hal-hal yang menjamin kenyamanan walet
ketika berada di dalamnya, seperti bentuk dan konstruksirumah, bentuk ruangan
dan jalan keluarmasuk walet, cat gedung dan pencahayaan, kelembapan dan suhu
dalam ruangan, serta adanya tembok keliling gedung sebagai pengaman dari
gangguan. Syarat membangun gedung walet yang ideal sebagai berikut.
1. Jarak lubang masuk
minimal 40 cm dari plafon dan maksimal 80 cm.
2. Jarak tinggi plafon
minimal 4 m dari tanah.
3. Ukuran ruangan minimal
4 m x 4 m atau kelipatannya.
4. Jarak lebar antartiang
di dalam ruangan minimal 2,5—4 m.
5. Tebal sirip yang
dipasang idealnya adalah 3 cm dan lebarnya minimal 15 cm.
6. Lubang antarruangan
sebaiknya berukuran minimal 60 cm x 60 cm.
7. Di dalam ruangan
sebaiknya hindarkan pemasangan tiang-tiang yang berlebihan agar tidak
mengganggu arus terbang burung.
8. Sistem pemasangan
sirip harus benar. Bila menggunakan pilih sistem lajur, posisi sirip harus
melintang terhadap lubang masuk.
9. Sebaiknya sistem atap
tidak menggunakan talang air, tetapi menggunakan sistem genting langsung
sehingga air hujan akan jatuh pada sisi rumah. Dengan demikian, kebocoran rumah
dapat dicegah.
10. Pemasangan plafon
harus rata dan tidak boleh terbuat dari bahan yang berlubang karena akan
mengganggu kenyamanan burung walet.
11. Ukuran rumah walet
yang ideal untuk sistem kamar adalah 8 m x 16 m. Pada ukuran ini, per lantai
minimal akan menghasilkan 20 kg sarang. Ukuran rumah walet untuk sistem los
idealnya adalah 4 m x 8 m yang akan menghasilkan sarang minimal 5 kg.
12. Hindarkan gedung dari
binatang pengganggu, seperti tikus, kecoa, dan tokek.
Gedung Walet
. Tampak Isometrik 3 D ( Rumah Walet)
2. Tampak 3 D tanpa dinding terlihat
posisi dinding sekat dan Sirip
3. Tampak 3 D sirip sarang walet
4. Tampak 3D rumah walet dari bagian
belakang
5. Tampak atas sirip sarang walet
6. Tampak isometrik sarang sirip walet
dan rangka
7. Struktur bangunan walet